
Hebat! Menyaksikan Proses Pembuatan Shuttlecock di Sentra Serengan Solo yang Menghasilkan Lebih Dari 1.000 Slop dalam Seminggu.
Sentra Shuttlecock Serengan Kota Solo tidak hanya dikenal sebagai tempat pembuatan shuttlecock, tetapi juga sebagai jantung perekonomian lokal yang terus berkembang. Di Sentra ini terdapat 17 pelaku usaha yang memproduksi shuttlecock secara manual. Setiap minggu, lebih dari 1.000 slop shuttlecock dihasilkan oleh pengrajin lokal, menjadikan Serengan pusat pembuatan shuttlecock terbesar di wilayah Solo Raya.
Suasana di sentra ini sangat dinamis, dengan aktivitas yang berlangsung tanpa henti. Setiap harinya, sekitar 250 hingga 300 slop shuttlecock diproduksi oleh para pengrajin lokal. Tidak hanya melayani pelanggan dari Solo dan sekitarnya, sentra shuttlecock serengan juga menarik perhatian pembeli dari berbagai daerah di Indonesia, seperti Solo, Klaten, Purwokerto dan “kota” lainnya. Produk shuttlecock yang dihasilkan menjadi pilihan utama bagi toko olahraga dan klub bulu tangkis.
Salah satu faktor utama keberhasilan Sentra Shuttlecock Serengan adalah peran penting para pengrajin lokal yang tidak hanya menggerakan roda perekonomian, tetapi membuka lapangan kerja bagi banyak orang. Mayoritas pengrajin di wilayah ini adalah warga asli Serengan yang mewarisi keterampilan dalam membuat Shuttlecock secara turun-temurun. “Kami memanfaatkan sumber daya lokal yang ada, seperti bahan baku dan tenaga kerja untuk memproduksi shuttlecock yang berkualitas,” jelas Sapto.
Proses pembuatan shuttlecock diawali dengan pemilihan bahan baku sesuai standar produksi. Bahan utama yang digunakan adalah bulu angsa, bebek, ayam kampung dan ayam potong. “Kami menggunakan bulu dengan kualitas terbaik, karena kualitas bulu yang lebih baik akan menghasilkan shuttlecock dengan daya tahan yang lebih lama,” terang Sapto. Bulu-bulu tersebut diperoleh dari pengepul lalu disortir dan dipotong sesuai dengan ukuran yang dibutuhkan. Dari 200 bulu yang diikat, hanya 150 bulu yang “akhirnya” digunakan.
Setelah pemilihan bahan baku, tahapan berikutnya adalah proses perakitan dan penataan bulu. Para pengrajin memotong bulu sepanjang tiga jari dengan arah miring dan simetris agar bulu terlihat rapi. “Proses ini memerlukan ketelitian dan keterampilan tangan. Setiap bulu harus dipotong dan ditata dengan sangat hati - hati untuk menghasilkan shuttlecock yang tahan lama,” ujar Sapto.
Setelah proses perakitan, bulu-bulu tersebut ditempelkan menggunakan lem lalu dikeringkan “Setelah proses pengeleman, kami memastikan shuttlecock dijemur dengan baik. Jika terkena hujan, kualitas shuttlecock akan berkurang dan bisa rusak,” ujar Sapto. Setelah proses pengeleman selesai, para pengrajin melakukan pengecekkan kualitas untuk memastikan shuttlecock memenuhi standar produksi.
Para pengrajin di Sentra Shuttlecock Serengan senantiasa berupaya menjaga kualitas produk dan memperluas pasar. “Kami berencana untuk melebarkan sayap ke toko-toko baru, baik di luar kota maupun daerah sekitar. Kami juga ingin menambah kapasitas produksi untuk memenuhi permintaan yang terus meningkat," kata Sapto.
Sentra shuttlecock adalah bukti nyata bahwa industri rumahan yang berbasis pada keterampilan tangan dan nilai-nilai tradisional bisa terus berkembang dan bermanfaat bagi masyarakat. Jadi, jangan lewatkan kesempatan untuk mengunjungi Sentra Shuttlecock Serengan dan melihat langsung bagaimana proses pembuatan shuttlecock ini dilakukan, serta merasakan sendiri keunggulan produk lokal yang penuh dengan sejarah dan keterampilan tangan yang terjaga.